Monday, July 6, 2020

Sediaan Steril

 

1.      Pengertian Sediaan Steril

Steril adalah suatu keadaan zat yang bebas dari mikroorganisme hidup, baik yang patogen maupun yang tidak patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.

2.      Sediaan Obat Yang Harus Steril

a.       Sediaan Parenteral

1)      Pengertian

Parenteral berasa dari kata Yunani yaitu Para dan Enteral, yang artinya tidak lewat saluran cerna. Secara sederhana Sediaan Parenteral berarti sediaan yang tidak diminum secara langsung melainkan disuntikan langsung ke dalam tubuh. Sediaan hingga volume 100 mL disebut sediaan parenteral volume kecil. Sediaan lebih dari 100 mL disebut sediaan parenteral volume besar yang biasa diberikan secara intravena.

Sediaan Parenteral diusahakan harus steril dan tidak boleh mengandung partikel yang memberikan reaksi buruk bagi tubuh.

Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menadi 5 jenis yang berbeda yaitu :

a)      Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama Injeksi ....

b)      Sediaan padat, kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya disebut .... steril

c)      Sediaan padat, kering, atau caritan pekat mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut .... untuk injeksi

d)      Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara IV atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut Suspensi .... Steril

e)      Sediaan padat kering dngan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, dibedakan dengan nama .... steril untuk suspensi.

2)      Mengapa Sediaan Parenteral Harus Steril?

a)      Sediaan parenteral yang terkontaminasi akan menyebabkan multikomplikasi terhadap pasien.

b)      Sediaan parenteral disuntikkan melalui membran kulit atau membran mukosa.

c)      Menghilangkan pirogen didalam sediaan terutama sediaan Infundabilia sebab akan menyebabkan demam.

3)      Rute Pemberian Sediaan Parenteral

Pada produk sediaan parenteral terdapat label yang menunjukkan rute pemberian di dalam antara kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute pemberian ini bukan dimaksud agar dapat menyuntikkan dengan benar melainkan untuk persyaratan produk untuk ditinjau secara farmasetik.

Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah dengan ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan penetapan tonisitas.

Rute Pemberiaan sediaan parenteral yang banyak ditemui yaitu :

a)      Subkutan / Hipoderma (sc)

Lapisan ini letaknya persis dibawa kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume sampai 2 mL. Jarum suntik yang digunakan yang panjangnya ½ - 1 inch.

Larutan harus isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat).

Cara pemberian subkutan lebih lambat dibandingkan dengan Intravena atau intramuskular. Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk pemberian elektrolit atau larutan infus i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini dapat dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 mL – 1 Liter.

b)      Intramuskular (im)

Intramuskular artinya diantara jaringan otot. Cara ini lebih cepat dari subkutan namun lebih lambat dari intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung ke serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul atau lengan bagian atas. Volume injeksi 1 mL – 3 mL dengan batas sampai 10 mL

Yang perlu diperhatikan farmasis antara lain bentuk sediaanya yaitu larutan emulsi tipe m/a atau a/m. Pemberian intramuskular memberikan efek lepas lambat, puncak konsentrasi darah dicapai setelah 1-2 jam. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 jika ukuran partikel dari bentuk suspensi kurang dari 50 mikron.

c)      Intravena (iv)

Pemberian intravena yaitu penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk mendapatkan efek segera. Injeksi iv merupakan pilihan untuk injeksi yang bila diberikan secara intrakutan atau intramuskular mengiritasi karena pH dan tonisitas terlalu jauh dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian antidotum dapat terlambat.

Volume pemberian dapat dimulai dari 1 mL – 100 mL, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 mL. Kecepatan penyuntikan sampai 5 mL diberikan 1 mL/10 detik, sedangkan untuk diatas 5 mL kecepatannya 1 mL/20 detik.

Intravena hanya terbatas untuk pemberian larutan air, jika merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran partikel tertentu. pH dan tonisitas harus sesuai dengan fisiologis.

d)      Intrahekal-intraspinal

Pemberian secara intraspinal ini dilakukan dengan penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa tempat. Cara ini berbeda dengan cara spinal anestesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan kemurnian yang sangat tinggi, karena daerah ini terdapat barier (sawar) darah sehingga daerahnya tertutup. Sediaan intraspinal anestesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu pasien harus diposisikan tegak.

e)      Intraperitoneal

Penyuntikkan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan intraperitonal dapat juga diberikan secara intraspinal, im, sc, dan intradermal.

 

 

f)       Intradermal

Pemberian ini dilakukan dengan penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil dari subkutan, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.

g)      Intrarektal

Pemberian ini digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intrarektal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

4)      Persyaratan sediaan parenteral

a)        Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat secara kimiawi dan sebagainya.

b)        Pengunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dengan material dinding wadah. Wadah untuk sediaan parenteral terbuat dari kaca/plastik. Wadah untuk Injeksi dapat dibedakan lagi menjadi :

a)      Wadah dosis tunggal (single dose), yaitu wadah untuk sekali pakai, misalnya ampul. Wadah ini ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup karet. Contoh : Dexametasone Inj., Ranitidin Inj., Uresix Inj.

b)      Wadah dosis ganda (multiple dose), wadah untuk beberapa kali penyuntikan, umumnya ditutup dengan karet dan aluminium, misalnya vial (flakon), atau botol. Contoh : Cefotaxim Inj., Omeprazole Inj., Cefoperazon Inj.

c)      Tersatukan tanpa terjadi reaksi.

d)      Bebas Kuman

e)      Bebas Pirogen

f)       Isotonis

g)      Isohidris

h)      Bebas partikel melayang.

 

 

5)      Keuntungan dan Kerugian Sediaan Parenteral

a)      Keuntungan

(1)   Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung berhenti)

(2)   Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat yang dirusak oleh sekresi asam lambung

(3)   Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa atau tidak sadar)

(4)   Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan.

(5)   Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada kedokteran gigi/anestesi.

(6)   Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan serius cairan dan keseimbangan elektrolit.

b)      Kerugian

(1)   Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama

(2)   Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari

(3)   Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk dihilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik

(4)   Harga relatif lebih mahal

(5)   Efek samping dapat timbul seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat

(6)   Seluruh pembuatan sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat.

6)      Penggolongan Sediaan Parenteral

Sediaan Parenteral secara umum terbagi 2 berdasarkan volumenya yaitu :

a)      Injeksi

(1)   Pengertian

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit, atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang.

Sediaan Injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu larutan, suspensi, dan emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi lebih cepat diabsorbsi tubuh dan menghasilkan efek terapi lebih cepat dibandingkan dengan bentuk suspensi dan emulsi.

(2)   Contoh Sediaan Injeksi

(a)   Ampisilin Inj.

Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk penyakit meningitis. Wadah yang dipakai untuk sediaan injeksi antibiotik adalah Vial dengan tutup karet yang nantinya akan di rekonstitusi karena antibiotik tidak stabil pada air pada waktu yang lama.

(b)   Ranitidine Inj.

Ranitidine merupakan salah satu obat antihistamin golongan penghambat reseptor H2. Ranitidine digunakan untuk mengobati tukak lambung. Ranitidine memiliki dosis tunggal sehingga wadahnya berbentuk Ampul.

b)      Infundabilia (Infus)

(1)   Pengertian

Infundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.

(2)   Contoh Sediaan Infus

(a)      Ringer Lactate

Komposisi (mEq/L)   : Na+     = 130

                                   K+      = 4

                                   Cl-     = 108,7

                                   Laktat = 28

                                   Ca++   = 2,7

Manfaat cairan Ringer Lactat yaitu mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik

(b)   NaCl 0.9%

Komposisi : Na: 154 mmol/L

                    Cl : 154 mmol/L

Manfaat cairan NaCl yaitu mengganti cairan saat diare, mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler, dan cairan ini juga dapat mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.

(c)   Sediaan Mata

                                                                             i.       Pengertian

Sediaan Mata adalah sediaan steril yang digunakan dengan cara meneteskan, mengoles, atau mencuci pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.

                                                                              ii.      Mengapa Sediaan Mata Harus Steril?

Mata adalah bagian organ tubuh kita yang sangat vital dan sensitif terhadap benda asing. Oleh karena itu sediaan mata harus memiliki kualitas yang sangat baik. Sediaan mata harus steril, bebas rasa nyeri, dan tidak merangsang mata. Sediaan mata yang terkontaminasi zat asing dapat menyebabkan rangsangan pada mata yang menyebabkan terlukanya mata atau lebih parahnya lagi akan menghilangkan daya penglihatan.

                                                                               iii.   Persyaratan Sediaan Mata

i)          Steril

i)          Isotonis

ii)        Isohidri

iii)      Larutan harus jernih

iv)      Bebas partikel asing

v)         Zat tambahan tidak bersifat mengiritasi mata

                                                                               iv.   Macam – Macam Sediaan Mata

Secara garis besar sediaan mata terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

i)       Salep Mata

(i)           Pengertian

Salep Mata adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan pada mata. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain. Kadar bahan obat didalam salep yang mengandung keras atau obat narkotik tidak boleh lebih dari 10%

(ii)        Contoh Salep Mata

·      Cendo Mycos EO

Komposisi   : Hidrokortison Asetat 0,5%

                           Kloramfenikol 0,2%

Indikasi       : Mengobati konjungtivitis (radang    selaput ikat mata) yang tidak bernanah

Penggunaan  : oleskan salep pada mata 3-4 x sehari

·      Cendo Xitrol EO

Komposisi       : Dexametasone 0,1%

  Neomisin (Sulfat) 3,5 mg

                       Polimiksin B Sulfat 6000 UI/ml\

        Indikasi          : Mengobati Infeksi mata yang meradang

Penggunaan    : Oleskan salep pada mata 3-4 x sehari

(iii)      Keuntungan dan Kerugian Salep Mata

·      Keuntungan

 Menambah waktu hubungan antara obat dengan mata

·      Kerugian

Pandangan kabur begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata

ii)     Tetes Mata

(i)           Pengertian

Guttae ophthalmiceae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

(ii)     Contoh Tetes Mata

·      Cendo Lyteers ED

Komposisi         : Ion Na+ & K+ dengan Benzalkonium Cl-Indikasi     : Pengganti air mata pada kekurangan air                                   mata. Pelicin untuk air mata buatan

Penggunaan       : 3-4 x sehari dengan 1 atau 2 tetes.

·      Cendo Catarlent

Komposisi         : - CaCl2 anhidrat 0,075 gram

  - Kalium Iodida 0,075 gram

              - Natrium Tiosulfat 0,0075 gram

              - Fenilmerkuri nitrat 0,3 mg

Indikasi             : - Katarak lentikularis

              - Pendarahan pada vitreous humour

              - Kekeruhan pada vitreous humour

Penggunaan      : 3 kali sehari 1-2 tetes

(iii)   Keuntungan dan Kerugian Tetes Mata

·         Keuntungan

Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan

·         Kerugian

Waktu kontak relatif singkat antara obat dengan mata


 

3.      Kesimpulan

·         Steril adalah suatu keadaan zat yang bebas dari mikroorganisme hidup, baik yang patogen maupun yang tidak patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk spora.

·         Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril.

·         Sediaan Obat yang harus steril yaitu Sediaan Parenteral dan Sediaan Mata.

·         Sediaan Parenteral terbagi menjadi 2 yaitu Injeksi dan Infundabilia/Infus.

·         Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit, atau selaput lendir.

·         Infundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.

·         Sediaan Mata terbagi menjadi 2 yaitu Salep Mata dan Tetes Mata.

·         Salep Mata adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan pada mata

·         Guttae ophthalmiceae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

·         Alasan Sediaan Parenteral dan Sediaan Mata harus steril karena berhubungan langsung dengan tubuh.

 


0 komentar:

Post a Comment