Friday, July 3, 2020

Laporan Farmakologi Uji Pirogenitas

1. Tujuan

Mengetahui apakah suatu sediaan mengandung pirogen atau tidak

2. Prinsip kerja

Menyuntikkan secara intravena ketubuh   kelinci   di   bawah   kondisi   tertentu   dan   selanjutnya   dipantau   dan   dicatat temperatur 3 kelinci dalam jangka waktu tertentu.

3. Teori Percobaan

Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam dansering mencemari sediaan farmasi. Sampai saat ini, substansi pirogenik yangdiketahui   paling   aktif   dan   paling   sering   mencemari   sediaan   farmasi   adalah endoktoksin; selain itu masih banyak substansi pirogenik lainnya seperti bakteri,fungi , DNA–RNA virus dan lain-lain (Suwandi, 1988).
Endotoksin   merupakan   suatu   produk   mikroorganisme   terutama   daribakteri gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopolysaccharidayang   pyrogenic,   suatu   protein   dan   suatu   lipid   yang   innert.   Pada   saat   iniendoktoksin diketahui merupakan pirogen yang paling, kuat, namun kehadiran pirogen lain dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan; karena manusia tidakhanya respon terhadap endoktoksin saja tetapi juga pirogen yang lain.
Pada tahun 1923 Seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansiyang tidak tersaring, thermostabil, dan non – volatile. Pada tahun 1937 Co Tuimembuktikan bahwa kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti wadah-wadah untuk melarutkan obat suntik, juga pada zat kimia yang digunakansebagai zat berkhasiat. Pirogen dapat bersumber dari:
a.       Pelarut
b.      Zat aktif
c.       Peralatan
d.      Timbul pada proses penyimpanan
Sifat – sifat pirogen:
a.       Thermostabil,  sehingga  hanya  dapat  dihilangkan   dengan  pemanasan  padasuhu 650ºC selama 1 menit, 250ºC selama 15 menit atau 180ºC selama 4 jam.
b.      Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring bakteri.
c.       Tidak dipengaruhi oleh bakterisida yang biasa.
d.      Tidak menguap, destilasi biasa ada yang ikut bersama percikan air.
e.       Berat molekul (BM) antara 15.000 – 4.000.000⁻ Ukuran umumnya 1 – 50µm.
Secara garis besar, pirogen dikelompokkan menjadi 2 golongan; yaitupirogen endogen dan pirogen eksogen:
a.       Pirogen  Endogen,  yaitu  faktor-faktor  yang  berasal  dari  dalam  tubuh   kitasendiri sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ketubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon,dan tumor necrosis factor (TNF).
b.      Pirogen Eksogen, yaitu faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguanpada fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selainitu, bisa juga berupa zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.
Jika suatu pirogen masuk ke tubuh, maka pirogen menjadi suatu bendaasing  yang dapat menimbulkan respon imun berupa demam. Demam yaitu suatu keadaan ketika temperatur tubuh di atas batas normal yang dapat disebabkan olehkelainan dalam otak sendiri atau oleh bahan – bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan temperatur. Penyebab – penyebab tersebut meliputi penyakit bakteri,   tumor   otak,   dan   keadaan   lingkungan   yang   dapat   berakhir   denganserangan panas.
Uji pirogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan suatusediaan   uji   bebas pirogen atau  tidak   (Anonim,  1995)   dengan   maksud  untukmembatasi resiko reaksi demam yang dapat diterima oleh pasien apabila diinjeksidengan   suatu   sediaan   farmasi   (Suwandi,   1988).   Uji   pirogenitas   biasanyamenggunakan kelinci. Pengujian ini ditetapkan di USP pertama kali pada tahun1942 dan merupakan pengujian resmi untuk menentukan non-pirogenitas sediaanfarmasi. Sejak diketahui bahwa endotoksin ternyata mampu menggumpalkan seldarah   Limulus,   kemudian   dikembangkan   suatu   pengujian   untuk   mendeteksiadanya endotoksin dengan menggunakan reagensia yang dibuat dari sel darahLimulus. Pengujian ini kemudian dikenal sebagai metode  Limulus AmebocytLysate (LAL Test). Meskipun  demikian,  pengujian   pirogenitas  menggunakan  kelinci  masihmenjadi pilihan utama karena:
a.   Metode ini telah lama dikenal dan digunakan untuk menguji berbagai sediaandan terbukti memberikan hasil memuaskan.
b.      Kelinci memiliki sensitivitas terhadap substansi pirogenik yang mirip denganmanusia.  Kenaikan   suhu   kelinci   akibat  substansi-pirogenik,  sampai   batastertentu masih dapat diterima oleh manusia; sehingga kenaikan suhu kelincitersebut   dapat   distandardisasi   terhadap   substansi   pirogenik   yang   dapat diterima   manusia.   Bangham   menyebutkan,   uji   kelinci   menggambarkanseluruh respon farmakologis terhadap pirogen dan relevan dengan respon padamanusia.
c.  Metode   kelinci   mampu  mendeteksi  semua  pirogen   termasuk   endoktoksinsedangkan LAL tidak.
Sedangkan   kelemahan   metode   uji   pirogenitas   menggunakan   kelincidibandingkan dengan LAL Test antara lain:
a.    Memerlukan  pemeliharaan   dan perawatan hewan dan   laboratorium   yanglebih intensif. Hewan harus dipelihara dalam ruangan dengan temperaturtidak jauh berbeda dengan tempat percobaan. Pemeliharaan hewan harusdilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindari infeksi penyakit yangdapat mengganggu percobaan atau mengacaukan interpretasi hasil. Beratbadan kelinci harus dijaga jangan sampai mengalami penurunan yang berarti dalam 1 minggu menjelang digunakan.
b. Sensitivitas dipengaruhi oleh musim, kegaduhan, kegelisahan, makanan danlain sebagainya. Kegelisahan akan dapat menyebabkan kenaikan suhu relatiptinggi, sehingga mengacaukan interpretasi hasil.
c.   Variabilitas biologis. Respon setiap kelinci terhadap substansi yang samabelum tentu sama, sehingga terdapat variasi kenaikan suhu pada tiap kelinci.




1. Alat dan bahan

Hewan percobaan                : Kelinci
Bahan                                   : NaCl steril bebas pirogen
NaCl dari sediaan yang dibuat mahasiswa
Alat                                        : alat suntik steril 10 ml
Kotak kelinci
Timbangan
Thermometer 

2. Prosedur kerja

Kelinci dikelompokkan menjadi 3 kelompok (Kelompok Kontrol Negatif. Kelompok uij 1 dan kelompok uji 2)
Note :
1.      Waktu penyuntikan tidak lebih dari 4 menit dan dosis yang diberikam 5mL
2.      Suhu maksimun adalah suhu tertinggi yang dicatat seama 1jam setelah penyuntikkan
3.      Kelinci dinyatakan memenuhi syarat jika perubahan suhu awal kelinci melebihi 1⁰C antar kelincinya
4.      Kelinci dinyatakan tidak memenuhi syarat jika perubahan suhu awal kelinci lebih besar 0,2⁰C, suhu awal lebih kecil dari 38⁰C dan lebih besar dari 39,8⁰C


1. Perhitungan dosis

No
Berat badan
Kelompok Percobaan
Dosis
1
1,3 Kg
Kelompok Kontrol
1,3 / 1,2 x 5mL = 5,41mL

2
1,2 Kg
Kelompok uji 1
1,2 / 1,2 x 5mL = 5mL
3
1,4 Kg
Kelompok uji 2
1,4 / 1,2 x 5mL = 5,83mL

2. Perbandingan Suhu Tubuh

No Kelinci
Control
Suhu ke 1
Suhu ke 2
Suhu ke 3
Suhu rata – rata
Kenaikan suhu
1
37,35
38,00
38,00
38,00
38,00
0,47
2
38,10
38,50
38,60
38,60
38,57
0,47
3
37,80
38,00
38,00
38,10
38,03
0,23
Rata rata
1,17

3. Grafik


Pada percobaan ini, uji pirogenitas dilakukan dengan metode Rabbit Test. Uji kelinci telah lama digunakan dengan baik untuk membantu industri farmasi mengujipirogenitas sediaannya. Farmakope Indonesia  edisi III menyebutkan, suatu sediaan dinyatakan memenuhi syarat jika kenaikan suhu ketigakelinci tidak melebihi batas tertentu dan tidak memenuhi syarat jika total kenaikkan suhu ketiga kelinci melebihi batas tertentu.
Tahap awal yang dilakukan adalah mengukur suhu badan kelinci  dengan interval waktu 15 menit selama 30 menit sebelum penyuntikan untuk mengetahui suhu awal. Selanjutnya hewan uji disuntik dengan sediaan uji yang sebelumnya telah dihangatkan kurang lebih 38,5° C ke dalam vena auricularis tiap kelinci dan dilakukan evaluasi. Penghangatan sediaan uji bertujuan agar sediaan tersebut tidak terkontaminasi. Dan penyuntikan dilakukan pada vena auricularis karena pada vena tersebut pembuluh darah kelinci dapat terlihat dengan jelas. Penyuntikan tidak boleh lebih dari 4 menit karena obat yang disuntikan dapat terkontaminasi oleh bakteri lain. Mekanisme pengaruh pirogen pada timbulnya demam.
Demam dapat timbul dari   terpaparnya  tubuh   manusia  terhadap  pirogen  eksogen  yang  kemudian  akan mengakibatkan   terstimulasinya   pirogen   endogen   untuk   melindungi   tubuh   dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut, atau disebabkan pengaruhpirogen endogen itu sendiri. Efek anti demam iniyang menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu tubuh selama kondisi demam.
Termometer yang digunakan pada uji pirogenitas ini memiliki ketelitian 0,1°C agar saat pengukuran suhu kelinci dapat diukur dengan tingkat ketelitian yang tinggi sehingga perubahan suhu sekecil apapun dapat terukur dengan tepat. Dari percobaan didapat hasil, kelinci pertama memiliki suhu respon 0,47°C dengan suhu awal  37,35°C, kelinci kedua memiliki suhu respon 0,47°C dan suhu awal 38,10°C, kelinci ketiga memiliki suhu respon 0,23°C dengan suhu awal 37,80°C. Suhu respon penginjeksian dengan NaCl P steril didapat dari pengurangan antara suhu maksimal dari pengukuran suhu tiap  15  menit sebanyak 3 kali dengan suhu awal. Pada kelinci pertama suhu maksimalnya 38,0°C, kelinci kedua 38,6°C,  dan kelinci ketiga 38,1°C. Jumlah suhu respon dari ketiga kelinci tersebut adalah 1,17°C. Suhu respon yang didapat  kemudian dilakukan analisis pada tabel persyaratan sediaan uji.Berdasarkan  hasil tersebut, sediaan uji memenuhi syarat sediaan  steril (lolos ujipirogenitas).  Karena hasilnya tidak melebihi kolom 2 yaitu untuk jumlah kelinci percobaan 3 kelinci tidak melebihi 1,2 °C, 1,17 °C kurang dari atau tidak melebihi 1,2°C berarti sediaan uji Nacl (0,9%) memenuhi syarat uji pirogenitas.

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

a)      Berdasarkan  hasil percobaan yang telah  dilakukan   terhadap  sediaan  steril NaCl 0,9% didapatkan hasil jumlah respon 1,17°C. 1,17°C kurang dari atau tidak melebihi 1,2 °C berarti sediaan uji Nacl (0,9%) memenuhi syarat uji pirogenitas.

0 komentar:

Post a Comment